oleh

Suara Hari Anak Dari Lokasi Pengungsian

SEPULUH hari sudah ratusan anak-anak bermain dan tidur di tenda-tenda pengungsian pada 10 wilayah kecamatan di kabupaten Halmahera Selatan sebagai wilayah terdampak bencana alam gempa bumi berkekuatan M=7,2. yang terjadi sejak Minggu, 14 Juli 2019.

Fadli bocah laki-laki asal desa Tomara Bacan Timur, terlihat duduk termenung di pangkuan sang kakak dalam tenda pengungsian. Bocah usia 2 tahun itu nampaknya, masih menahan sakit luka di kepala akibat terkena kayu balok rumah yang jatuh setelah rumahnya diguncang gempa bumi.

Salah satu bocah pengungsi di desa Papaceda

Dalam tatapan bola mata Fadli sesekali menangis rasa sakit. Tak hanya itu, kita dapat membayangkan ingatan bocah kecil itu bagaimana kepanikan orang tuanya dan sejumlah orang di Tomara saat gempa bumi dan jatuhnya kayu yang mengena kepalanya.

Belum lagi Safri harus lari dari rumahnya mengungsi ke tenda pengungsian di perbukitan di sekitar desa Papaceda. Padahal hari sebelumnya Safri sudah punya seragam sekolah baru dan akan menjadi siswa SD kelas satu. Namun hasrat menjadi siswa baru terpaksa terpending karena harus menyelamatkan diri dari musiba yang Tuhan turunkan sebagai peringatan kepada umat manusia.

Data Dinas Pendidikan Halsel saat ini sebanyak 26 bangunan sekolah yang rusak. Dari 26 sekolah tersebut terdiri dari sekolah dasar (SD) 19 unit dan SMP sebanyak 7 unit. Kerusakan tersebut tersebar di 21 desa di 5 kecamatan.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan, Nurlela Muhammad mengatakan, untuk saat ini belum dapat dikategorikan mana sekolah yang mengalami rusak ringan, sedang dan berat karena masih butuh kajian.

Bahrain harus terlahir di tenda pengungsian. Mungkin rasa trauma tidak akan dirasakan Bahrain karena saat gempa bumi, Bahrain masih berada dalam perut ibunya. Tetapi hak sebagai anak sejak terlahir di bumi harus terbatasi karena kondisi orang tuanya masih sebatas hidup di pengungsian.

Mereka hanyalah kisah pilu anak-anak di Halmahera Selatan yang kini masih menjadi pengungsi di tenda-tenda darurat. Entah rasa dingin, entah rasa pengab karena harus tidur beralaskan tikar dan beratap terpal pemberian para donatur atau pemerintah. Itulah kisah pilu yang dirasakan ratusan anak-anak di Halmahera Selatan saat ini.

Sayangnya jumlah balita dan anak yang menjadi korban bencana gempa bumi di Halmahera Selatan belum diketahui. Pemda setempat belum melakukan data secara spesifik jumlah bocah dan anak yang kini hidup di tenda pengungsian.

Kami mencoba mempertanyakan jumlah bocah dan anak yang mengungsi saat ini berapa banyak, namun jawaban dari Sekda Halsel Helmi Bototue masih akan dilakukan pendataan khusus bocah dan anak.

Namun data terakhir ada sekitar 53 ribu lebih warga yang saat ini mengungsi. Data LSM Rorano Maluku Utara, terdapat Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan 312 anak anak dan 109 balita sudah lebih dari seminggu tinggal di tiga pos pengungsian.

Mereka kesulitan makanan, air bersih, fasilitas kesehatan dan juga tak punya tempat bermain dan sekolah. Beberapa diantaranya mulai terserang penyakit  Dalam potret yang lebih besar, ribuan anak dan balita dari total 50ribuan pengungsi juga mengalami hal yang sama.

“Lebih dari seminggu setelah lindu 7,2 SR menghancurkan desanya, mereka masih bertahan di tempat pengungsian. Sungguh berharap perpanjangan masa tanggap darurat hingga 28 Juli 2019 akan memberi lebih banyak kepastian penanganan pada ribuan anak anak ini karena mereka adalah masa depan kita”, kata Direktur LSM Rorano Maluku Utara, M.Asghar Saleh.

Dalam kondisi darurat pengungsian, kondisi psikologis anak-anak perlu menjadi perhatian bersama. Agar aspek tumbuh-kembang dan keceriaan mereka selama di tempat pengungsian tetap terjaga.

Apapun kondisi hak mereka sebagai anak-anak harus terpenuhi. Bahwa anak-anak meski di tengah kondisi darurat dan keterbatasan. Tidak boleh berkurang keceriaan dan aktivitasnya selayaknya anak seusianya.

Bagaimana pun, mereka sangat membutuhkan bantuan. Minimal, dapat mengurangi kesedihan yang mereka rasakan, karena tak merasa sendiri. SELAMAT HARI ANAK NASIONAL.

Bagikan

Komentar