Jauh hari sebelum Pemilu serentak
2019 dimulai riuhnya bukan main. Media elektronik, media cetak dan utamanya
media sosial meramaikan berbagai isu dengan membentuk berbagai opini yang dari
masuk akal sampainya yang tidak perlu dibahas dan tidak memiliki kaitanpun
turut dinyambungkan.
Pemilihan Presiden yang sangat heboh.
Benar-benar heboh. Kita semua tahu dan turut merasakannya. Debat ke debat yang
tak kunjung habis. Seluruh rakyat ambil bagian di dalamnya. Semua orang menjadi
tim suksesor untuk kedua pasangan. Serang dan bertahan, begitu seterusnya.
Anehnya masyarakat tidak begitu perduli dengan Pemilihan Umum yang satunya.
Yang mana sama penting dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Masa
bodoh, yang penting “Dia”
harus jadi Presiden. Selain itu terserah.
Pemilihan Wakil Rakyat sangat jarang
dibahas. Tidak ada diskusi dan debat seperti halnya Presiden dan Wakil
Presiden. Orang-orang tidak bertanya siapa yang bakal kau pilih dan jika
berbeda mereka langsung saling debat, mengejek dan lain sebagainya.
Padahal raport merah wakil rakyat ini
cukup memprihatinkan, mulai dari malas hadiri rapat-rapat, minimnya RUU yang
disahkan. Belum lagi DPR merupakan lembaga dengan sumbangan koruptor terbanyak.
Begitu banyaknya permasalahan di Dewan bisa menjadi tema diskusi dan menjadi
rujukan untuk rakyat menentukan siapa pilihannya. Sayang ini tidak terjadi.
Jika berbicara Presiden, masa
baktinya hanya untuk lima tahun ini saja. Berbeda dengan DPR yang tidak punya
batasan untuk menjabat. Maka perlunya kita sebagai rakyat memanfaatkan waktu
lima tahun untuk benar-benar menilai kinerja pemimpin kita di pemerintahan dan
pemimpin kita di parlemen sana. Apalagi pada periode 2019-2024 di parlemen
kembali dikuasai oleh wajah-wajah lama. Bukan hanya di DPR RI, DPRD juga
demikian.
Terkadang ketika muncul berita-berita
tentang buruknya kinerja Pemerintah dan Dewan seringkali saya mengomentari
sinis, nikmati hasil pilihanmu. Syukuri saja. Sudah begitu nasibmu. Siapa
suruh.
Dan sekarang, setelah beberapa bulan
terakhir kita disuguhi tegangnya perpolitikan negeri. Sampailah kita diujung
Pemilu 2019. Prabowo dan Jokowi bertemu di MRT, makan bersama penuh khidmat.
Megawati dan Prabowo juga bertemu makan nasi goreng buatan bersama. Elit
politik nasional tidak lagi saling serang. Semua aman, damai dan lancar.
Sudah baikan dengan tetangganya gara-gara marahan di Pilpres kemarin? Teman-teman masa kecilnya gimana, sudah saling tegur kah?. Yang namanya politik jangan bawa perasaan yah. Nanti kelahi terus stroke ringan. Diskusi dan bahas pilihan politik baiknya sambil seruput kopi biar jernih cara berpikirnya. Sudah ngopi kah anda hari ini?
Oleh : Suhardy Hamid Rajji
[Pengurus Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Maluku Utara dan Relawan Rumah Baca Belo-Belo Halmahera Timur]
Komentar