TERNATE,MSC-Trend
kasus masih terus bertambah khusunya di Kota Ternate, sehingga kebijakan
pemerintah daerah (Pemda) melalui Gugus Tugas untuk melaksanakan karantina
mandiri di rumah bagi pasein positif Covid-19 harus dikaji kembali.
Hal
tersebut dikatakan, direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rornao Maluku
Utara, Asghar Saleh dalam rillis yang diterima malutsatu.com pada Rabu (17/6/2020). Ia mengatakan, sangat mungkin
lonjakan kasus di Ternate dipengaruhi oleh transmisi lokal, ini terlihat dari
meningkatnya jumlah reaktif Rapid Test.
Menurutnya,
pada Maret, kasus kita hanya 1, di bulan April ada tambahan 19 kasus sehingga
jadi 20. Kasus positif melonjak tajam pada bulan Mei dengan tambahan 79 kasus
baru sehingga totalnya jadi 99.
Sedangkan
di bulan Juni sejak tanggal 1 sampai 15, Ternate mengalami penambahan sebanyak
88 kasus. Jika tambahan kasus per hari tetap seperti ini maka diakhir bulan
nanti, sangat mungkin Ternate memiliki 150 kasus baru. (lihat tabel)
“Kemungkinan
ini dapat terjadi karena angka reaktif Rapid Test terus meningkat sesuai hasil
dari tracking. Selain itu, masih ada puluhan bahkan ratusan spesimen hasil swab
yang tertahan di BTKL-PP Kelas I Manado maupun di RSUD Chasan Boesoerie karena
dua mesin TCM tidak beroperasi.
Dengan
kondisi demikian, Rorano meminta keseriusan semua pihak untuk menangani aspek
kesehatan terutama pemutusan rantai penularan, sebab yang paling berbahaya dari
virus ini adalah kecepatan penyebarannya.
“Kita
selalu tertinggal baik karena ketiadaan alat maupun waktu tunggu yang terlalu
lama. Padahal kecepatan penegakan diagnostik adalah senjata utama melawan
kecepatan virus yang menyebar.
Untuk
itu Asghar Saleh meminta pemerintah mempertimbangkan ulang secara serius
rencana isolasi/karantina mandiri pasien posituf di rumah karena ketidaksiapan
masyarakat.
Katanya,
tak ada jaminan pengawasan dari petugas kesehatan yang terbatas jumlahnya.
Sebaiknya opsi penambahan tempat karantina dipilih sehingga peluang menularkan
virus diminimalisir.
Khusus
untuk Ternate, agar penegakan diagnostik bisa cepat dan efisen maka semua
kontak erat dengan pasien positif sebaiknya langsung diswab test. Rapid Test
sebaiknya hanya dilakukan secara massal
untuk fasilitas publik pada waktu tertentu saja.
Terkait
adanya mesin PCR yang sudah ada di RSUD dan sementara persiapan untuk running,
Asghar Saleh berharap prioritas pemeriksaan dilakukan pada mereka yang butuh
follow up setelah dinyatakan positif. Kasus baru bisa diperiksa melalui TCM
atau Lab Prodia.
“Jika
pasien/orang dalam antrian saat ini yang menunggu di swab maupun menunggu hasil
telah teratasi maka Rorano menyarankan agar dua mesin TCM yang ada di RSUD
Chasan Boesoerie di tempatkan di RS dukungan rujukan sesuai SK gubernur
sehingga daerah tidak lagi merujuk pasien Rapid Test ke Ternate untuk di swab,”pintahnya.
Sehingga
lanjut Asghar Saleh, bisa langsung diswab dan mendapatkan hasilnya di RS
Tobelo, Labuha dan Sanana. RSUD Chasan Boesoerie hanya mengoperasikan mesin PCR
yang kapasitas runningnya lebih besar (bisa 100 spesimen/hari)
Dikatakan, Untuk kategori sedang berat atau pasien dengan komorbid yang butuh penanganan serius bisa dirujuk ke RSUD Chasan Boesoerie, sedangkan pasien dengan kategori sedang ringan atau OTG bisa dirawat atau dikarantina di setiap daerah yang ada RS dukungan. Ini jika disetujui ditetapkan melalui keputusan Gubernur.
“Tujuannya selain menghindari penumpukan di Ternate, juga bisa memberi waktu istirahat yang cukup bagi tenaga kesehatan karena hanya fokus pada pasien dengan ketegori sedang berat,”ujarnya. (red)
Komentar