TERNATE,MSC- Dalam pemilihan kepala daerah politik uang memainkan peran yang amat penting dalam pemenangan calon kepala daerah. Bentuknya pun bisa beragam, mulai dari terang-terangan memberi amplop uang beserta calon yang harus dipilih, hingga dengan dalih memberikan bantuan infrastruktur.
Banyak kalangan bahwa tingkat toleransi pemilih terhadap politik uang masih cukup tinggi. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh kuat terhadap toleransi atas praktek politik uang, selain itu pemilih yang tinggal di desa lebih rentan atas money politics.
Faktor jumlah pendapatan juga berpengaruh, karena semakin kecil pendapatan seseorang maka ia akan semakin terbuka dan menerima dengan wajar politik uang. Politik uang berpengaruh atas perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya.
“Berdasarkan pengalaman kami dalam hasil survey di berbagai daerah, politik uang sangat sedikit saja merubah pilihan pemilih,”ungkap Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby, di Ternate pada Jumat (4/12/2020).
Dikatakan, berdasarkan pengalaman hasil survey berbagai daerah di Indonesia, politik uang yang paling tinggi terjadi di Sulawesi Utara dan Sumatera Utara. Kalau di Maluku Utara politik uang bisa saja terjadi akan tetapi untuk merubah pilihan orang sangat kecil. “Banyak yang ambil uang tetapi memilih orang lain,”katanya.
Dalam survei di kota Ternate ada dua cara saat melakukan survei, kalau kita tanya presepsi angka cukup tinggi karena presepsi dia berdasarkan pengalaman-pengalaman pilkada sebelumnya.
Tetapi presepsi ini tidak bisa kita ukur berpengaruh dengan pemilih. Sebab semua orang memerlukan uang, tetapi toleransi politik uang di kota Ternate sangat kecil. Artinya masyarakat kita kasih uang tetapi belum tentu mereka memilih apalagi mereka sudah punya pilihan. “Di kota Ternate saya lihat politik uang untuk mempengaruhi pemilih sangat kecil hanya 5 persen,”katanya.
Yang kedua kata Adjie Alfaraby, ketika pembagian uang kepala pemilih, pertanyaanya apakah hanya satau kandidat yang membagi uang? Kalau hanya satu kandidat yang membagi uang katakanlah bukan politik uang tetapi untuk tim-tim mereka di lapangan, itu mungkin berengaruh.
“Kalau hanya satu kandidat yang melakukan pembagian uang saya pikir berpengaruh, tetapi apa mungkin hanya satu kandidat yang membagi uang katakanlah kalau mereka mau bagi uang,”sebutnya.
Dengan demikian kata Adjie Alfaraby, untuk Pemilihan Walikota-Wakil Walikota dengan tersisa waktu 5 hari ke depan tidak akan mempengaruhi secara siknifikan jumlah perolehan suara paslon yang telah diprediksi berdasarkan hasil survey LSI Denny AJ. (red)
Komentar