TERNATE-Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara mengalami peningkatan, triwulan I-2021 berdasarkan besaran Produk Domestk Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 11 744,7 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 7 568,7 miliar.
Bahkan Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tertinggi di antara 34 provinsi, dengan 3 provinsi yang tumbuh positif, yaitu Maluku Utara, Papua, dan Sulawesi Tengah. Sayangnya, angka pertumbuhan ekonomi yang enak di kuping, tidak diimbangi dengan angka penduduk miskin di Malut sebesar 87,52 ribu orang.
Salah satu factor yang ikut menjadi tingginya angka kemiskinan di Maluku Utara adalah tingginya inflasi. Sebab inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran dan kemiskinan di Provinsi Maluku Utara. Kemudian, pengangguran juga berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Semakin tinggi tingkat inflasi dan pengangguran semakin besar tingkat kemiskinan.
Tingkat inflasi di Provinsi Maluk Utara, kota Ternate menjadi acuan Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara (Malut). BPS Malut telah merillis Kota Ternate pada Mei 2021 mengalami inflasi sebesar 0,44 persen. Inflasi itu karena terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,43 pada April 2021 menjadi 106,90 pada Mei 2021 dengan tingkat inflasi tahun kalender Mei 2021 sebesar 0,80 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun pada Mei 2021 terhadap Mei 2020 sebesar 1,05 persen.
Sedangkan untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), berdasarkan data BPS Malut pada Februari 2021 tercatat sebesar 5,06 persen, naik sebesar 0,97 persen poin dibandingkan TPT Februari 2020 (4,09 persen) sejalan dengan penurunan TPAK.
Kendati begitu, angka kerja di Maluku Utara melangalami peningkatan. Dimana laporan BPS angkatan Kerja pada Februari 2021 yaitu sebanyak 588,3 ribu orang, naik sebanyak 9,3 ribu orang dibandingkan Februari 2020 (579,0 ribu orang). (red)
Komentar