oleh

Akademisi Soroti Dampak Investasi Tidak Melibatkan Pengusaha Lokal

TERNATE-Akademisi yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Dr Aziz Hasyim menyatakan, terjadinya capital flight atau pelarian uang dari Maluku Utara ke luar daerah lain yang cukup siknifikan pada sektor pertambangan.

Hal ini kata dia, salah satunya hampir semua investasi pertambangan yang masuk di Maluku Utara tidak melibatkan pengusaha lokal. Padahal pentingnya setiap investasi masuk ke daerah perlu melibatkan pengusaha daerah.

“Pasti terjadi uang yang keluar dari Maluku Utara, karena hampir semua perusahaan pertambangan di Maluku Utara untuk kebutuhan ditangani pengusaha dari luar daerah. Sementara pengusaha lokal selama ini tidak dilibatkan,”ungkap Aziz Hasyim kepada malutsatu.com, di Ternate pada Selasa (11/10/2022).

Menurut dia, untuk kebutuhan makan dan sarana kebutuhan karyawan di sejumlah perusahaan pertambangan di Maluku Utara, jika ditangani langsung pengusaha lokal dampak ekonominya akan terasa sampai di masyarakat.

“Coba bayangkan saja, kalau hanya sayur, tomat, rica atau untuk kebutuhan cuci semunya ditangani vendor dari luar daerah, praktis setiap bulan uang dari hasil itu akan keluar Maluku Utara karena mereka (vendor) tinggal di luar Maluku Utara,”sebutnya.

Menurutnya, ada empat perusahaan pertambangan besar (IWIP, Harita, NHM, Antam) yang melakukan investasi di Maluku Utara. Dan jika semuanya melibatkan pengusaha lokal praktis perekonomian lokal akan tumbuh.

“Dampaknya terjadi capital flight  pelarian uang dari Maluku Utara ke luar daerah, tidak ada pemerataan ekonomi di daerah penghasil sumber daya alam,”katanya.

Menurutnya, jika perusahaan pertambangan punya keinginan dan niak baik kemajuan ekonomi daerah penghasil, saat ini dapat memberdayakan petani dengan memanfaatkan lahan kosong miliki sejumlah perguruan tinggi termasuk melibatkan pada dosen sebagai pendamping dalam membina petani lokal.

Maluku Utara dengan sumber daya alam yang begitu banyak mengalami kerugian yang cukup besar. Belum lagi dari sektor pajak lainnya, termasuk kantor perwakilan pertambangan tidak berada di Maluku Utara.

Seperti diketahui, Maluku Utara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia untuk periode triwulan II 2022, bersama dengan Papua sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua, serta Sulawesi Tengah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga.

BPS Malut menyebutkan, perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2022 tumbuh sebesar 27,74% (yoy), tetap tumbuh tinggi meskipun mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,33% (yoy).

Tetapi kata Aziz Hasyim hasil sumber daya alam di Maluku Utara hanya menopang secara nasional akan tetapi tidak serta merta menaikan pertumbuhan ekonomi di daerah, sebab terjadi capital flight.

“Jadi sekali lagi terjadi kesenjangan ekonomi di daerah yang punya sumber daya alam, karena semuanya diatur dari Jakarta termasuk pengusaha luar daerah. Inilah membuat Maluku Utara miliki sumber daya alam pertambangan berlimpa tetapi masih tetap miskin,”katanya. (red)

Bagikan

Komentar