oleh

Anak Halmahera, Legasi 23 Tahun Maluku Utara

Oleh: Muliansyah Abdurrahaman Ways, Komite Kadin Indonesia, Pegiat Demokrasi dan Politik Lokal

Memasuki usia 23 tahun provinsi Maluku Utara adalah waktu yang sangat berarti untuk kita sebagai manusia dan negeri yang pernah menjadi pusat legasi Indonesia Timur, ratusan tahun negeri tersebut pernah menjangkau wilayah – wilayah pasifik hingga Mindanao dan paling jauh Afrika, Amerika dan Eropa.

Dulu kalah kita kenal namanya Moloku Kie Raha, Jazira Al Mulk, Molucas hingga sekarang masih mengenang Moloku Kie Raha dan akhirnya menjadi satu provinsi administrative bernama Maluku Utara serta sebagian wilayah menjadi Maluku, NTT, NTB, Papua dan Negara – Negara pasifik lainya.

Maluku Utara, dengan judul “anak Halmahera legasi 23 tahun”, menapaki perjalanan menuju Ternate begitu jauh dan penuh dengan resiko perahu motor yang dihantam ombak, Ternate dan Tidore yang jauh bagi anak Halmahera. Tetapi apapun tetap kita sampai di Ternate, karena Ternate adalah tempat peradaban ilmu, tempat perjumpaan seluruh legasi hidup dan tempat kita menjadi masa depan Maluku Utara.

Begitu juga dengan Halmahera, bahasa lain Haliyora dan Bhotan, tempat sumber kekayaan alam Maluku Utara, disana ada rempah – rempah, disana ada kopra, disana ada emas, disana ada pasir besi, disana ada nikel dan memiliki tanah yang subur untuk hidup bahkan di kelilingi laut pasifik yang menghasilkan jutaan ikan – ikan segar dan enerjik.

Malut atau Maluku Utara kini menjadi perhatian seluruh dunia karena, pesona wisata yang memikat, lautan ikan yang tak ada batasnya, cengkeh pala yang menjadi primadona dunia dan emas nikel membuat dunia terpesona. Inilah menjadi pertanyaan kita semua atas legasi dari turun temurun anak negeri dan kini menjadi provinsi 23 tahun di NKRI, Apakah hal tersebut sudah di nikmati anak cucu Negeri Moloku Kie Raha? Atau legasi tersebut hanya di nikmati segelintir  orang di daerah dan negara ini.

Anak Halmahera Bertanya, Siapa Yang Jawab?

Siapa yang akan menjawab pertanyaan diatas, sederhana tapi menelisik, kita sebagai anak negeri  pasti bertanya warisan alam begitu melimpah untuk siapa dan kapan untuk anak negeri. Ratusan tahun Moloku Kie Raha hadir, puluhan tahun Maluku Utara terbentuk dan 23 tahun Malut menjadi otonomisasi daerah.

Pertanyaan terus pertanyaan, berapa banyak anak – anak Maluku Utara yang studi di Eropa, Amerika dan Australia yang di biayai negara maupun daerah, berapa banyak putra – putri Maluku Utara yang siap jadi pengusaha atas mengelolah negerinya dan berapa banyak orang – orang Malut mewarisi harta yang begitu melimpah ini.

Tentu ini perlu menjadi refleksi kita semua sebagai anak negeri, bukan sekedar euforia masa lalu yang tak memiliki manfaat masa depan. Sebentar lagi Indonesia masuk 100 tahun, Maluku Utara Masuk puluhan tahun dan Moloku Kie Raha masuk ribuan tahun.

Bisakah kita siap hadapi berbagai tantangan masa depan itu, bisakah kita menjadi bagian dari investor perubahan di negeri sendiri atau kita selalu menjadi penonton dan selalu giat menjadi objek dari legasi kita.

Ayo anak Halmahera, anak Ternate, Anak Tidore, Anak Tobelo, Anak Loloda, anak Jailolo, anak Fagogoru, anak Makean, anak Sanana, anak Taliabu dan semua anak – anak Maluku Utara sebagai pemilik sah tanah Moloku Kie Raha, satu kata, bangkit.

Kita harus jadi tuan di negeri sendiri, kita pemilik legasi Moloku Kie Raha, kita bukan orang – orang terpinggir tetapi kita hadir sama rasa dan sama adil dihadapan negara ini.

Kita Pemilik Masa Depan

Para leluhur kita pernah berperan hingga di tanah Afrika dan Eropa, tanah Pasifik menjadi fakta bahwa Kieraha telah hadir disana, artinya kalau hanya sejingkal Indonesia, kita juga bisa, kita juga mampu dan punya kemampuan untuk membangun negeri.

Masa depan kita ada di depan mata, melangkah menjadi provinsi sudah 23 tahun. Jangan luput juga sebagai anak negeri, kita wajib siapkan diri untuk berperan sebagaimana di perankan leluhur kita saat itu.

Generasi Muda Maluku Utara di mana saja berada, ayo kita bangkit, ayo kita maju dan kita sebagai subjek bukan lagi objek.

Kita bukan bangsa kelas berikut, tetapi kita bangsa kelas satu di negeri ini, kita bangsa yang ikut mendirikan bangsa Indonesia dan kita wajib menjadi bagian dari Republik ini. Indonesia adalah Kita dan Kita adalah Kieraha.

Surabaya, 13 Oktober 2022

Bagikan

Komentar