TERNATE-Sultan Tidore yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Husain Alting Sjah meningatkan pentingnya mempertahankan pesan leluhur Tagi Toma Loa Se Banari (Berjalan di jalan yang lurus dan benar) bagi seorang pemimpin dalam membangun daerah.
Hal itu diungkapkan Sultan Husain Alting Sjah pada acara Refleksi 23 Tahun Provinsi Maluku Utara, yang dilsakansakan oleh para Aktivis Perjuangan Provinsi Maluku Utara, bertempat di Royal Resto, Senin (17/10/2022) malam.
Husain mengatakan, Toma Loa Se Banari harus terus mengalir dalam jiwa, tindakan dan perilaku dari generasi Maluku Utara dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. “Saya kira kita semua yang menginjak kaki di Maluku Utara adalah orang Adat yang harus kita junjung Gosimo (pesan) Leluhur Toma Loa Se Banari, dalam kehidupan kita,”katanya.
Dia mengatakan, seorang pemimpin (Gubernur) berpegang pada falsafah Toma Loa Se Banari yang bermakna keberkatan, keselamatan, dan kehormatan akan dapat diraih apabila senatiasa menjujung tinggi nilai keadilan dan kebenaran dalam penyelengaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan.
“Wahai Abdul Gani Kasuba 10 Tahun jadi gubernur kau biking apa? Umat yang sekian banyak dibawah kemana, itu akan ditanya termasuk saya juga selaku sultan dipertanyakan itu,”sebut Husain Alting Sjah.
Tak hanya itu, lanjut Husain Alting Sjah, sebagai rayat juga akan dipertanyakan, kenapa melihat yang salah tidak memberikan teguran atau menyampaikan kepada pemimpin yang berbuat salah.
“Orang tua kita (leluhur) ingatkan, salah no waje salah, banari no waje banari (salah katakana salah, benar katakan benar),”ucpa Sultan Tidore mengutip pesan leluhur dengan bahasa Tidore.
Disisi lain Husain Alting Sjah mengingatkan, menjadi Gubernur harus memiliki niat yang baik bukan sekedar untuk gagah-gagahan.”Harus kita punya niat mau jadi gubernur karena apa, hanya sekedar gagah-gagahan Insya Allah suatu saat diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT,”ucap Sultan.
Oleh karena itu Sultan mengatakan, Provinsi Maluku Utara kalau dibangun dengan Nawaitu yang salah tentu ibarat dua tidak yang berbeda saling berhadapan. Ketika niat itu ditegakan pada suatu niat yang salah sama dengan satu garis yang bergeser dan tidak akan bertemu dengan garis yang disana.
“Kenapa 23 tahun Maluku Utara masih seperti ini, Maluku utara mengalami kemunduran. Saya melihat torang berjalan di tempat,”kata Sultan Husain Alting Sjah seraya berpesan jika membangun Maluku Utara karena Allah Taala. Artinya harus yang Allah mau, kalau tidak akan lahir Sahwat. (red)
Komentar