TERNATE-Rektor Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, DR. M.Ridha Ajam M.Hum menuturkan, miris aspek kemanusiaan yang tidak dihargai di sekitar wilayah pertambangan yang beroperasi di Maluku Utara.
Faktor pendidikan, Kesehatan warga lingkar tambangan masih sangat minim. Bahkan karyawan yang bekerja di perusahaan pertambangan jauh dari kemanusiaan, meskipun bergaji besar tetapi factor kesehatan dan keselamatan kerja masih sangat minim dan jauh dari aspek kemanusiaan.
Lokasi pertambangan masih sangat tidak sehat karena banyak debu yang masih dihirup setiap hari saat berada di lokasi pertambangan. Rumah layak huni tidak tersedia dengan baik, begitu juga lingkungan sekitar pertambangan menjadi kumuh dan tak sehat.
Hasil penelitian Universitas Khairun Ternate menemukan, aspek pendidikan di daerah pertambangan Maluku Utara, menjadi faktor penting, karena kesadaran masyarakat sangat rendah dalam menyekolahkan anaknya.
Menurutnya, sudah tidak ada lagi support dan fasilitas dasar menengah yang layak untuk memancing masyarakat desa di lingkar tambang untuk mau menyekolahkan anaknya.
Untuk itu, pemerintah daerah lingkar tambang dan managemen perusahan tambang perlu untuk mendesain, tidak saja infrastruktur, tetapi guru-guru yang memiliki pengetahuan, serta perlu menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman dan aman, agar anak-anak yang berada di daerah lingkar tambang mau sekolah dan merasa nyaman.
“Usia sekolah masyarakat masih cukup rendah, khususnya yang tinggal di daerah tambang. Rendahnya rata-rata masa sekolah menjadi faktor utama rendahnya indeks pembangunan manusia di daerah pertambangan,” katanya.
Ridha menyebutkan, bahwa anak- anak di daerah lingkar tambang tidak sekolah karena faktor lingkungan sekolah yang sangat tidak layak. “Di Desa Kawasi, Obi Halmahera Selatan menjadi salah satu yang memang dipermasalahkan oleh berbagai pihak. Tapi saya juga dengar pihak perusahan sudah dalam pembicaraan untuk relokasi dan sudah baik,” katanya.
Sementara di Kabupaten Halmahera Tengah, kebutuhan air bersih di desa Sawai dan dua desa yang diapit oleh PT IWP menjadi persoalan saat ini dan akan datang. Ketiga desa saat ini kesulitan air bersih akibat eksplorasi yang dilakukan perusahaan pertambangan itu.
Dirinya berharap perusahan tambang harus mulai mengambil langkah untuk menyiapkan tempat dan fasilitas yang lebih baik dan tinggal bagaimana pihak perusahan dan masyarakat setempat, untuk bernegosiasi dan berbicara dengan masyarakat setempat tanpa mengabaikan hak-hak mereka saat dipindahkan.
“Hak kemanusiaan itu sangat penting saat pihak perusahan memindahkan mereka ke tempat yang layak dan nyaman, termasuk fasilitas pendidikan,” katanya. (red)
Komentar