TERNATE,MSC- Untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam proses mitigasi, LSM Rorano bekerja sama dengan
AMGPM ranting Filadelfia Tifure melaksanakan kegiatan sosialisai mitigasi
bencana, Jumat (2/8/2019) bertempat di gedung serba guna Gereja Ayam Ternate.
Ternate memiliki banyak potensi
bencana, salah satu yang paling sering terjadi adalah gempa bumi yang kadang
diikuti potensi tsunami. Meski pusat gempa tektonik bermagnitudo besar tak
penah terjadi di pulau Ternate melainkan di daerah sekitarnya namun dampaknya
selalu bikin warga panik.
Dalam pemaparannya, Direktur LSM
Rorano Maluku Utara, Asghar Saleh menuturkan, salah satu daerah yang sering
dilanda gempa adalah kawasan pulau Batang Dua. Daerah terluar berjarak 123 km
dari Ternate ini adalah kecamatan dengan enam kelurahan. Empat berada di pulau
Mayau dan dua lainnya di pulau Tifure.
Selain jauh dan dikelilingi laut
bebas, akses komunikasi berupa telepon
hanya ada di kelurahan Mayau sebagai ibukota kecamatan. Kelurahan lainnya tak
punya akses termasuk dua kelurahan, Pante Sagu dan Tifure di pulau Tifure.
Karena itu kata Asghar Saleh, tingkat
kerentanan dalam mengantisipasi ancaman bencana cukup tinggi. Gugusan pulau
Batang Dua juga berdekatan dengan subduksi lempeng besar seperti euroasia dan
indo australia. Belum lagi lempeng kecil yang sangat aktif seperti filipina,
sangihe dan halmahera.
“Mitigasi menjadi salah satu
faktor penting dalam merespons berbagai potensi bencana di fase sebelum bencana
terjadi agar setiap orang punya kapasitas untuk evakuasi dan penyelamatan”
kata direktur LSM Rorano Maluku Utara, Asghar Saleh.
Untuk itu, mantan Ketua Komisi III
DPRD Kota Ternate itu menuturkan, perlu banyak sosialisasi agar masyarakat
mengenali jenis bencana karena kita hidup di daerah dengan banyak potensi
bencana.
“Rorano sendiri akan terus melakukan
upaya mitigasi dengan berbagi pengetahuan soal bencana dan bagaimana
simulasi meresponsnya agar masyarakat
makin siap”, katanya.
Kepala BMKG Ternate Kustoro
Heriyatmoko berharap kegiatan ini akan memberi pengetahuan yang berguna untuk
menyiapkan ketangguhan masyarakat menghadapi ancaman bencana.
“Masyarakat akan punya kapasita
menghadapi bencana secara mandiri sebelum BMKG mengeluarkan peringatan, apalagi
disana tak ada telepon”, tambah Kustoro.
Dosen geologi UMMU, Abdul Kadir D. Arif yang hadir memberikan materi berharap kegiatan ini terus dilakukan oleh berbagai komunitas sehingga punya kesiapan merespons terhadap bencana.
“Misalnya ada gempa, masyarakat tau apa yang dilakukan, mau evakuasi kemana? Apakah punya potensi tsunami, Siapa yang harus dihubungi untuk mendapat informasi yang benar, bukan hoaks” kata Abdul Kadir. (red)
Komentar