TERNATE,MSC-Anggota Komisi III DPRD
Kota Ternate, Nurlela Syarif menilai, wajar bila proses Penerimaan peserta
didik baru (PPDB) dengan sistem di zonasi menimbulkan pro dan kontra masyarakat
di Kota Ternate.
Hal ini dikarenakan dikarenakan pandangan
masyaraat kualitas pendidikan di sekolah yang menjadi tujuan orang tua
menyekolahkan anak mereka masih jauh dari standar.
“Ada orang tua murid tidak
memperdulikan soal jarak sekolah, asalkan anak mereka bersekolah di sekolah favorit”,
kata Nurlela Syarif dalam dialog yang digelar Sabua Rakyat, bertempat di Kedai Kopi
Sabua Rakyat, Jumat (9/8/2019) malam.
Untuk itu, anggota Komisi III
berharap para guru memacu kualitas pendidikan di masing-masing sekolah,
sehingga tidak ada lagi stigma sekolah favorit dan sekolah tidak favorit. “Harus
ada kreativitas guru membuat sekolah jadi unggul, dan itu harus didukung oleh
kualitas para guru”, kata Nurlela Syarif.
Nurlela Syarif menambahkan, kepala
sekolah dan para guru yang memiliki kreativitas dan inovasi bagus, bisa membuat
sekolah yang dipimpinnya menjadi bagus pula. Oleh karena itulah harus fokus
pada reformasi manajemen sekolah.
Sedangkan aspek yang tidak kalah
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan menurutnya ialah proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang menyenangkan, yang berinovasi dan penuh
kreativitas lanjut Nurlela, dapat mendorong anak-anak terbangun motivasinya.
Namun, proses pembelajaran juga tergantung dari potensi guru, kecakapan guru, dan
kemampuan guru.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan
Kota Ternate, Asghar Saleh menilai, system zonasi yang menjadi problem sekarang
ini adalah kualitas sekolah itu sendiri. “Banyak orang tua tidak mau
menyekolahkan akan mereka di suatu sekolah karena ragu kualitas sekolah itu”,
kata Asghar Saleh.
Untuk meningkatkan kulaitas sekolah
bagi Asghar Saleh ada beberapa factor diantaranya, kepemimpinan kepala sekolah,
infrastruktur, dan proses pembelajaran. Menurutnya, kebijakan hal terpenting,
utamanya yang berlaku secara nasional meliputi kurikulum dan ujian nasional.
Hal itu termasuk kebijakan distribusi dan rekrutmen guru.
Adapun yang hal kedua ialah kepemimpinan (leadership) kepala sekolah juga tak kalah penting di dalam manajemen berbasis sekolah.
“Tergantung school based management, artinya leadership kepala sekolah, transparansi keuangan, hubungan ekosistem berjalan di sekolah antara guru dengan kepala sekolah, orang tua dengan guru, maupun dengan siswa dan seluruh yang ada di satuan pendidikan, ekosistemnya harus jalan,” katanya. (red)
Komentar