MALUTSATU,OBI-Pulau Obi merupakan bagian dari Kabupaten Halmahera Selatan. Secara administratif, Pulau Obi berbatasan langsung dengan Provinsi Maluku di sebelah selatan dan Provinsi Papua Barat di sebelah timur.
Menurut data Halmahera Selatan Dalam Angka tahun 2010, luas wilayah pulau Obi mencapai 3048 km2, di mana Pulau Obi dan pulau-pulau kecil disekitarnya Pulau Obilatu, Pulau Bisa, Pulau Gata-gata, Pulau Latu, Pulau Woka, dan Pulau Tomini.
Sama dengan pulau lain di Maluku Utara, sektor pertanian dan perikanan menjadi primadona. Hasil kebun, seperti cengkeh, pala, dan kelapa, menjadi komoditas utama perkebunan di Pulau Obi. Bahkan Obi terkenal dengan hasil cengkeh di Maluku Utara.
Belakangan ini, Pulau Obi menyimpang harta karung berupa nikel. Sejak hilirasi sektor pertambangan, ekonomi di Maluku Utara tumbuh hampir lima kali lipat dari rerata pertumbuhan ekonomi nasional.
Pulau Obi di Halmahera Selatan, diberkahi kekayaan alam luar biasa. Pulau itu memiliki kandungan nikel yang tinggi. Puluhan perusahaan pemegang Ijin Pertambangan kini ramai-ramai menajdikan Pulau Obi sebagai lumbung harta karung.
Begitu juga Harita Group melalui beberapa anak bisnisnya salah satunya, Trimegah Bangun Persada (TBP) Tbk diberi mandat untuk melaksanakan Proyek Strategis Nasional-Kawasan Industri Obi di Pulau Obi.
Keberadaan perusahaan pertambangan tak lepas pada isu lingkungan. Apalagi keberadaan Kawasan Industri Harita Nickel yang bertempat di Pulau Obi, dikelilingi oleh kawasan perairan.
“Sesuai komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan bisnis yang mengedepankan keberlanjutan termasuk kelestarian ekosistem perairan di Pulau Obi,”ungkap Latif Supriadi selaku Head of External Relations Harita Nickel.
Perusahaan melakukan banyak inisiatif dalam rangka mewujudkan komitmen pelestarian alam dan lingkungan tersebut, salah satunya kata Latif Supriadi dengan keberadaan Divisi Enviromental yang memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan pemantauan kondisi ekosistem laut Pulau Obi, khususnya di kawasan perairan Kawasi.
“Harita Nickel melalui Environmental Team secara rutin melakukan pemantauan kondisi perairan di Pulau Obi, khususnya Kawasi untuk memastikan segala sesuatu terjaga dengan baik,”kata dia.
Kegiatan pemantauan kondisi ekosistem laut yang dilakukan antara lain, mengambil sampel air laut untuk diuji coba, hingga konservasi terumbu karang dengan memasang kubus berongga (reef cube) untuk wadah pertumbuhan terumbu karang.
Pengelolaan air limpasan tambang, misalnya dengan sediment pond dan pemantauan air menggunakan SPARING serta Penanaman mangrove.
Area reklamasi rehabilitasi kawasan pasca-tambang itu dilakukan penanaman berbagai pohon seperti cemara laut, kayu putih, meranti, mahoni, marsawa bintangur, gofasa, ketapang dan jabon merah yang dilakukan penanaman di lokasi Komodo, Kawasi.
Selain itu, seperti reklamasi, pembangunan sistem sedimen pond, hingga manajemen pengelolaan limbah, semuanya dilakukan pihak perusahaan guna mewujudkan ketentuan standar baku untuk pelestarian lingkungan di sekitar kawasan atau arela pertambangan sesuai ketetapan pemerintah.
Latif Supriadi menuturkan, kawasan laut Pulau Obi khususnya wilayah perairan Kawasi masih sangat lestari, dapat dibuktikan dengan ditemukannya biota-biota laut yang mungkin tidak ditemukan ditempat lainnya seperti Hiu, Penyu, Ikan Napoleon dan berbagai jenis ikan lainnya.
Untuk membuktikan lau pulau Obi masih terawat, Trimegah Bangun Persada menggelar lomba mancing yang telah menjadi agenda tahunan. Untuk ketiga kalinya, pada tanggal 11-12 Mei 2024 diselenggarakan Obi Fishing Tournament di kawasan perairan Kawasi dan Soligi.
Dengan diadakannya lomba memancing ikan tersebut sekaligus membuktikan bahwa kehadiran industri tidak memiliki dampak negatif terhadap ekosistem laut disekitarnya
Latif Supriadi, mengatakan melalui turnamen memancing ini perusahaan mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian perairan Obi. Bukti keanekaragaman hayati di perairan ini masih terjaga, imbuhnya, tercermin dari hasil tangkapan ikan yang melimpah.
“Total hasil tangkapan pada turnamen kali ini mencapai 105 kg. Jumlah ini belum termasuk ikan di bawah 6 kg yang tidak masuk penilaian. Jenis ikannya juga beragam. Sekali lagi, ini menandakan ikan di perairan Obi masih melimpah,”sebutnya.
Di balik tanah Obi yang merah tersimpan harta karun yang luar biasa besar. Pengelolaannya diharapkan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. (red)
Komentar