TERNATE,MSC-Kalangan pelajar di kota
Ternate kini menjadi target bisnis, bahkan diduga ada kelompok yang merekrut
kelompok anak perempuan maupun laki-laki untuk dijadikan pemuas seks.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Ternate, Asghar Saleh menjelaskan, tertangkapnya tiga wanita yang diduga terlibat dalam perbuatan asusila prostitusi online oleh Polda Maluku Utara di beberapa hotel yang ada di Kota Ternate, membuka tabir adanya bisnis prostitusi online bahkan saat ini disinyalir kalangan pelajar menjadi sasaran pengrekrutan.
“Informasi yang kami peroleh ada
pengrekrutmen sejumlah pelajar baik laki-laki maupun perempuan, pintu masuk
dengan pura-pura main Tik Tok,” kata Asghar Saleh.
Dia mengatakan, ada kelompok yang
merekrut kalangan pelajar laki-laki untuk dijadikan kelompok LGBT, sementara
kalangan perempuan untuk bisnis prostitusi, dengan iming-iming utama soal
ekonomi.
Kemajuan teknologi dimana kalangan pelajar
saat ini banyak menggunakan Heandphone (enroid) kata Asghar Saleh, kalangan
pelajar dengan bebas membuka situs-situs orang dewasa. “Inilah yang sering
dimafaatkan oleh para mucikari dengan merekrut melalui online,” sebut Asghar
Saleh.
Pintu utama yang paling ampuh untuk
memanilisir atau menghentikan ini, kata Asghar Saleh berada di tangan orang
tua. Kata dia, guru tak akan mampu membendung ini karena keterbatasan waktu
berinterasi dengan anak-anak di sekolah, sedangkan orang tua punya banyak waktu
dengan anak-anak di rumah.
Asghar Saleh mengatakan, bisnis
prostitusi melalui online atau situs jejaring sosial seperti Facebook dan aplikasi,
masih menjadi bisnis mengiurkan bagi para pelaku kejahatan cyber. Cara ini
diakui banyak pelakunya dapat mengeruk keuntungan banyak dan alasan lain karena
praktis dan dinilai aman karena jauh dari pantauan.
“Tentunya pertimbangan itu,
membuat bisnis ini menjanjikan bagi para pelaku. Sehingga tidak lagi menawarkan
layanan prostitusi dengan cara-cara konvensional,” kata dia.
Saat ini, sambungnya, yang paling
penting adalah bagaimana melakukan pencegahan terhadap timbulnya bisnis
prostitusi online di masyarakat. Banyak korban yang ditawarkan pelaku, karena
terpaksa menjajakan diri dengan alasan ekonomi.
Dewan Pendidikan akan berkoordinasi
dengan Dinas Pendidikan termasuk pihak kepolisian guna mencari upaya
memberantas modus bisnis prostitusi online, termasuk rekrutmen kelompok LGBT.
Menurutnya untuk mengantisipasi dan
membongkar praktik tersebut, dapat juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian
dengan terus melakukan patroli cyber. “polisi punya tim khusus cyber kiranya
dapat melacak kejahatan online termasuk prostitusi online,” katanya.
Seperti diketahui dari hasil pengembangan penyidikan tertangkapnya tiga wanita muda di ternate oleh Sat Binmas Polda Malut, dimana bisnis prostitusi dengan tarif yang ditawarkan kepada pelanggan bervariasi dari Rp, 500.000,- hingga jutaan rupiah, dengan sistem transfer, bayar di tempat (COD) atau sistem DP. Sementara tempat pertemuan hotel maupun penginapan disepakati saat bernegosiasi melalui sistim online.
Sebagaimana yang ditangkap Sat Binmas Polda Malut dimana ketiga tersangka prostitusi online ini masing-masing berinisial MT (21) salah satu warga Tobelo, AD (19) salah satu warga Kelurahan Tabona lingkungan Jan, dan DS (24) salah satu warga Kelurahan Maliaro lingkungan BTN Simpang Lima, masih bersusia muda. (red)
Komentar