oleh

Warga Ibadah Syukuran dan Suka Cita Bersama Sultan Tidore

MALUTSATU-Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara nomor urut 1, Sultan Tidore Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid Ichsan, mendapat satu kehormatan untuk menghadiri ibadah syukur dan suka cita bersama.

Ibadah Syukuran mengusung tema ‘Merawat Persaudaraan dalam Bingkai Moloku Kie Raha’, di Greenland Desa Gura, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara, Senin  18 Oktober 2024.

Dalam kesempatan itu, cagub Husain mengatakan politik merupakan bagian dari seni-seni kehidupan yang harus kita jaga.

“Tetapi masih banyak seni-seni kehidupan yang harus kita jaga. Kita boleh berbeda pilihan dalam politik tetapi hubungan kemanusian kita, hubungan kultural kita, tidak boleh menjadi penghalang kita untuk berinteraksi satu dengan yang lain,” ucap Husain disertai dengan tepuk tangan meriah dari masyarakat yang notabene umat Kristiani.

Menurut Sultan Husain, moderasi beragama di Maluku Utara bukanlah ajaran yang baru bagi umat Kristiani ataupun Islam.

“Bukan ajaran yang baru bagi umat Kristen, bukan ajaran yang baru bagu umat Islam. Moderasi beragama sudah ribuan tahun lalu. Sebelum kita ini ada nabi-nabi sudah datang membawa ajaran itu, bagaimana kita memberikan penghormatan satu dengan yang lainya,” katanya.

Mantan Anggota DPD RI itu bilang, Sultan Saifuddin adalah seorang muslim yang taat, tetapi Juan Sebastian Elcano menginjakan kaki di Bumi Kie Raha tepat di depan Kedaton Kesultanan Tidore, Sultan Saifuddin menghamparkan karpet merah dan seluruh pakain kebesaran demi menyambut Juan Sebastian Elcano.

“Dan itu ditolerkan sampai hari ini, bagaimana hubungan kemanusiaan antara Tidore, Maluku Kieraha dan negara Spanyol selalu terjaga dan setiap tahun utusan-utusan dari Spanyol datang untuk memperingati tentang bagaimana hubungan kemanusiaan, yang pernah ditorehkan Juan Sebastian Elcano dan Sultan Saifuddin itu sendiri,” ujar Sultan Husain.

Sultan Husain menambahkan, bahwa Sultan Amiruddin Sjah atau yang lebih dikenal dengan Sultan Nuku, berdamai dengan siapa saja, bahkan ketika membebaskan Maluku Kieraha dari tangan kaum penjajah, Nuku didukung dari kalangan yang tidak se-agama dengan satu misi yaitu misi kemanusiaan.

“Ketika kemanusiaan kita ditindas, maka kita punya kesatuan, pandangan, persepsi yang sama, maka Sultan Nuku memanggil orang-orang Tobelo, orang-orang Canga, orang-orang dari Tobaru, orang-orang dari Halmahera untuk bersatu padu dengan Sultan Nuku supaya benar-benar terbebas dari penjajah,” tegasnya.

Tindakan ini terus terjaga hingga di masa Sultan Zainal Abidin Alting Sjah hingga Sultan Al Mansur. Di saat itu pendeta di zaman Belanda dan Jerman ingin menyebarkan ajaran injil di Papua, mereka datang kepada Sultan, dan kini injil menyebar di Tanah Papua karena semangat persaudaraan yang dibangun.

“Jadi alangkah naifnya jika ada orang bilang jangan sampai kalau Sultan jadi (Gubernur) akan membangun ini dan itu. Saya akan melakukan ajaran moyang saya. Saya punya semangat persaudaraan ini, dari sejak nenek moyang saya,” pungkasnya. (red)

Bagikan

Komentar