TERNATE-Indonesia ternyata pemilik harta karun nikel terbesar di dunia. Indonesia disebut memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel) atau setara 52% dari total cadangan nikel dunia yang tercatat mencapai 139.419.000 ton Ni.
Cadangan nikel sebanyak 90% tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Untuk Maluku Utara terdapat di Halmahera Timur dan Pulau Obi Halmahera Selatan.
Dari kekayaan perut bumi Indonesia itu, Maluku Utara mempunyai cadangan minerba yang luar biasa terutama bahan baku untuk baterei yaitu nikel. Di mana Maluku Utara menyumbang 30 persen dari cadangan nikel nasional.
“Maluku Utara mempunyai posisi yang sangat penting ke depannya. Sebagai sumber untuk pemasok bahan baku nikel,”ungkap Managing Director Petromindo Gorup, Alexander Ginting kepada sejumlah Jurnalis Maluku Utara pada acara media capacity building dengan tema “Overview industri pertambangan mineral di Maluku Utara dan Tata Kelola Lingkungan Berkelanjutan” yang digelar di Ternate, Rabu (7/9/2022).
Alexander Ginting mengatakan, meningkatnya produksi mobil listrik di dunia menjadikan Indonesia sebagai salah satu sasaran investasi pabrik nikel dunia, dan hal ini bisa menarik investor untuk mengelola minerba di Maluku Utara agar menjadi energi di masa depan.
“Produksi mobil listrik semakin tinggi, keniscayaan Maluku Utara jadi pusat perhatian dunia. Kalau dulu Maluku Utara dikenal dunia karena rempah-rempah, kini Maluku Utara dikenal dunia karena Nikel,”sebut Alexander Ginting yang juga wartawan senior itu.
Sayangnya kata Alexander Ginting, kekayaan yang dimiliki Maluku Utara harus turut serta membawa kesejahteraan bagi masyarakat di Maluku Utara. Saat ini kata dia, Pemda masih terfocus pada teriakan pembagian hasil antara pusat dan daerah yang tidak berimbang.
Padahal katanya, Pemda termasuk putera daerah dapat memanfaatkan investasi yang masuk ke daerah untuk menggerakan sektor ekonomi lainnya. “Paling tidak salah satunya rekrutmen tenaga kerja lokal, tetapi tetap mempertimbangkan skill yang mumpuni,”katanya.
Di Maluku Utara kata dia, saat ini belum ada universitas di bidang pertambangan. Untuk itu, Pemda diharapkan sudah memikirkan untuk jangka panjang penyiapan skill putera daerah yang akan terjun ke dunia pertambangan yang nantinya bisa saja menjadi petinggi di sejumlah perusahaan pertambangan.
Dalam hitungan politik katanya, sebagian besar Kepala Daerah lebih memikirkan jangka pendek sebagaimana masa berkuasanya mereka. “Kalau penyiapan skill untuk jangka panjang, itulah yang diduga menjadi pertimbangan politis kepala daerah,”sebutnya. (red)
Komentar