oleh

Maluku Utara, Kisah Pilu Provinsi Ekonomi Tertinggi di Dunia

TERNATE-Angka pertumbuhan ekonomi Maluku Utara itu menjadi yang tertinggi di dunia lantaran saat ini hampir semua negara mengalami perlambatan ekonomi. Angka pertumbuhannya mencapai 27%. Dan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan III-2022 ini bahkan mencapai 24,85%.

Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara memang selalu mengalami pertumbuhan yang tinggi. Setidaknya sejak 2021 lalu pertumbuhannya selalu di angka dua digit, yakni 16,40%.

Hal ini disebabkan oleh hilirisasi nikel yang dijalankan pemerintah bersama swasta dalam beberapa tahun terakhir. Ketika harga nikel naik, maka daerah tersebut mendapatkan keuntungan besar.

Meskipun begitu kata Ekonom Maluku Utara DR Mohtar Adam, tingginya ekonomi di Provinsi terbahagia tersebut tidak serta dinikmati masyarakat Maluku Utara. Hal ini disebakan karena banyak uang yang keluar.

“Yang tumbuh adalah sektor pertambangan dan industri. Tetapi masyarkat Maluku Utara tidak menikmati pertumbuhan itu karena uangnya keluar semua. Yang menikmati itu adalah Tiongkok,”sebut Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Ternate, Kamis (1/12/2022).

Menurutnya, dari investasi ekspor Malut meningkat, impor meningkat dari sektor pertambangan, sehingga Maluku Utara bukan yang menikmati. Konsumsi rumah tangga 2,1 persen bahkan pertumbahan pada kuartal III minus 0,48.

“Artinya daya beli menurun, petani di Maluku Utara tidak ada yang kaya karena anjloknya harga kopra dari 12.500 per kuartal I turun 3000 per kilo gram di kuartal III, daya beli menurun. Sehingga inflasi tidak meningkat karena tidak ada yang membeli barang,”katanya.

Apalagi kata Mohtar Adam, pengusaha lokal, UMKM di Maluku Utara tidak ada yang masuk di industri atau tidak menjadi pemain di industri tambang. Akan tetapi seluruh pengusaha datang dari Jakarta.

Ketua Apindo Kabupaten Pulau Morotai, Mairudin Maende menyebutkan, kewajiban investor yang melakukan investasi di daerah menggandeng pengusaha lokal dan UMKM, baru sebatas janji yang belum direaliasi.

“Pengusaha lokal, UMKM tidak dilibatkan dalam hampir semua investasi pertambangan yang tersebar di sejumlah daerah di Maluku Utara. Di areal pertambangan masih menjadi jatah atau kapling pengusaha yang didatangkan dari Jakarta,”kata Mairudin Maende.

Maka tak heran kata dia, tingginya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari sektor pertambangan dan industri tak dinikmati masyarakat. Sebab banyak uang secara besar-besaran keluar dari Maluku Utara. (red)

Bagikan

Komentar