MALUTSATU-Kaum muda sebagai pemilih pemula, didorong dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik dan benar, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, yang berlangsung 27 November mendatang. Dengan begitu, dapat melahirkan pemimpin yang hebat di masa depan.
Demikian diungkapkan Divisi Teknis Penyelenggara KPU Maluku Utara, Reni SA. Banjar pada sosialisasi Pendidikan Politik bagi kalangan Pemilih Pemula kerja sama KPU malut dan Perstauan Wartawan Indonesia (PWI) Maluku Utara, pada Senin 4 November 2024.
Acara dengan tema Pemilih Pemula, Pemilih Cerdas yang digelar bagi Siswa SMA Negeri 2 Ternate itu, Reni SA Banjar berharap generasi muda sebagai pemilih pemula tidak memilih Golput.
“Demokrasi membutuhkan partisipasi pemilih pemula. Kami berharap masyarakat menggunakan hak pilihnya dan tidak Golput,” ujarnya.
Selain itu, Kadiv Teknis Penyelenggara KPU Maluku Utara menyampaikan jumlah pemilih pada Pilkada 2024. Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU di 10 kabupaten/ Kota untuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) Tingkat Provinsi Maluku Utara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2024 dengan Jumlah Total DPT yang disahkan sebanyak 942.076 jiwa.
Sementara itu Fauzan A. Pinang nara sumber PWI Malut menyebutkan, dari data pemilih yang disahkan KPU sekitar 30 persen adalah pemilih kaum muda atau generasi milenial dan Gen Z.
Sehingga peran kelompok usai tersebut dinilai lebih mudah ‘diarahkan’ dalam menentukan pilihan calon kepala daerah (cakada) pada Pilkada 2024. Partisipasi mereka dapat memengaruhi arah kebijakan dan isu-isu yang diangkat dalam masyarakat.
Sehingga itu, menurut Fauzan hal ini tentunya sangat memberi pengaruh besar pada hasil dari pemilihan kepada daerah yang akan dilaksanakan pada November mendatang.
“Pemilih pemula sangat penting dikarenakan pemilih pemula belum terkontaminasi oleh kepentingan kepentingan suatu Kelompok, pemilih pemula harus cerdas dalam menyikapi pesta demokrasi, jangan mudah terhasut oleh money politik dan hal hal lainnya yang menyimpang dalam kepemiluan” ujar mantan Ketua PW Muhamadiyah Maluku Utara.
Untuk itu Fauzan menilai ruang-ruang diskusi politik yang dibangun di masyarakat perlu memerhatikan keterlibatan kelompok muda, karena generasi inilah yang akan membentuk Maluku Utara di masa mendatang.
Sosialiasi yang dipandu Ketua Dewan Kehormatan PWI Malut, Halik Djokrora juga menampilkan nara sumber Ketua Komisi Informasi Publik (KIP) Maluku Utara Aziz Marsaoly.
Ketua KIP Malut menyoroti pemilu dan pilkada di era digital. Di mana keberadaan media sosial telah merevolusi cara kita berinteraksi, berbagi informasi, dan terlibat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk proses demokrasi.
Melalui media sosial, pemilih pemula dapat dengan mudah mengikuti perkembangan politik, berdiskusi dengan sesama pemilih, dan bahkan berpartisipasi dalam kampanye atau aksi politik.
Namun, efeknya tidak selalu positif. Media sosial juga dapat menciptakan filter bubble, di mana pemilih pemula hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka.
Asis Marsaoly menambahkan bahwa di era transformasi digital saat ini, para pelajar sebagai pemilih pemula semakin dipermudah untuk mengeksplorasi ragam informasi terkait berbagai hal.
“Selain itu, penyebaran berita palsu atau informasi yang tidak diverifikasi di media sosial juga dapat memengaruhi pemilih pemula dengan cara yang salah,”ungkap mantan Komsioner Bawaslu Maluku Utara.
Menurunya, kaum millennial diharapkan lebih teliti dan pintar dalam mementukan pilihan, trace recorder atau masa lalu calon, serta visi misi calon menjadi filter atau baromenter dalam menentukan pilihan.
“Tantangan yang akan dihadapi adalah beredarnya informasi berupa kampanye hitam serta hoaks. Sehingga diperlukan kecakapan dalam memanfaatkan ruang digital,”pintah Aziz.
Aziz juga berharap dalam menentukan pilihan, hanya dikarenakan calon atau figure yang mendominasi di media sosial, spanduk serta baliho, akan tetapi lebih melihat visi misi serta trace recorder mereka. (red)
Komentar